Membangun Kesucian Diri, makna dari perayaan hari raya Nyepi. (Sumber: hnews.com)
Membangun Kesucian Diri, makna dari perayaan hari raya Nyepi.
(Sumber: hnews.com)
Denpasar, Media Publica – Pulau Bali yang dihuni 3,8 juta jiwa pada hari ini, Senin (31/3) merayakan Hari Raya Nyepi. Seluruh umat Hindu di Bali menyambut Tahun Baru Caka 1936 dengan suasana hening dan sunyi.

Seluruh umat Hindu melaksanakan Tapa Brata Penyepian. Tapa Brata Penyepian meliputi amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan atau bersenang-senang).

Nyepi yang berarti seharian penuh tidak melakukan satu aktivitas pun, memiliki makna berupa pembersihan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit (diri manusia sendiri).

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali Ngurah Sudiana, melalui Nyepi, segala kotoran baik yang ditimbulkan oleh pikiran, perkataan maupun perbuatan (Tri Kaya Parisuda) dapat dibersihkan.

Dengan membangun kesucian diri, seluruh masyarakat dan umat manusia diharapkan mendapat tuntunan dari Yang Maha Kuasa, agar manusia berusaha mengembalikan serta menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam semesta beserta seluruh isinya.

Hari Suci Nyepi sesuai yang termuat dalam kitab suci (Tattwa) keagamaan bukan hanya sebagai titik pergantian tahun baru saka, namun menjadi momentum ruwatan alam semesta yang ditandai oleh serangkaian kegiatan ritual tersebut.

Pawai Ogoh-Ogoh
Sehari sebelum perayaan Nyepi, umat Hindu menyambutnya dengan pawai ogoh-ogoh. Pawai Ogoh-Ogoh merupakan salah satu hal yang ditunggu dalam perayaan Nyepi bagi umat Hindu. Ogoh-Ogoh yang berarti setan yang berbentuk raksasa dan berwajah seram memiliki filosofi sendiri.

“Ogoh bute yaitu setan yang intinya memiliki wajah seram dan bentuk berupa raksasa itu merupakan bentuk nafsu dunia yang menggoda manusia,” ujar Pemangku Pura Aditya Jaya, I Made Agung Nugraha seperti yang dilansir oleh detik pada Minggu (30/3).

Ogoh-Ogoh jika dianalogikan dalam manusia merupakan sifat durhaka atau perbuatan tercela. Agung mengatakan dalam ajaranya tubuh manusia terdiri sifat baik dan jahat.

“Pinggang kebawah yang mengartikan sifat jahat seperti ogoh-ogoh, pinggang ke atas sifat kebaikan seperti dewasa, dalam kehidupan dharma bute atau ogoh-ogoh selalu menggoda manusia, sehingga kembali lagi pada dasar iman manusia,” ujarnya.

Agung menambahkan, tidak dipungkiri setiap manusia memiliki sifat yang bertentangan, yakni terdapat sifat baik dan buruk.

“Satu contoh saya bilang mencuri itu dosa, atau haram tapi saya sendiri mencuri ketika kita tergoda disaat itu ogoh-ogoh mempengaruhi kita, ketika kita menolak maka dewa tengah melindungi kita,” ungkapnya.

Sumber: Antara dan detik
Editor: Dianty Utari Syam

 2,834 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.