Jakarta, Media Publica – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Agrawitaka Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) (UPDM (B)) menggelar aksi nyata bertajuk “Rimbun Harapan Mangrove” pada 28–29 Juni 2025. Kegiatan ini berupa penanaman 530 bibit mangrove di pesisir Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu.

Ketua pelaksana, Defayiz Azidane Ramzi, menyebut kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Nusantara Fund. “Walhi memberikan kepercayaan kepada 12 Mapala dari sekitar 80-an Mapala di Jakarta untuk bersama-sama merayakan Hari Lingkungan Hidup. Karena waktunya sempit, peringatan yang seharusnya jatuh pada 5 Juni akhirnya digeser ke akhir bulan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Zidan, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Agrawitaka sebelumnya memang pernah menjalankan kegiatan serupa. Namun, ia dan tim ingin kembali menghidupkan semangat pelestarian lingkungan hidup di kalangan mahasiswa Moestopo. “Kami ingin ini menjadi awal dari program yang berkelanjutan. Semoga adik-adik kami di masa depan bisa melanjutkan,” ujarnya.

Tema “Rimbun Harapan Mangrove” dipilih karena dianggap mencerminkan harapan untuk menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan terlindungi, khususnya dari abrasi pantai. “Pulau Untung Jawa dipilih karena secara geografis sudah mulai terkena dampak abrasi. Ini jadi spot yang tepat bagi kawan-kawan pencinta lingkungan,” kata Zidan.

Pengalaman menarik pun muncul saat survei lokasi. Zidan dan tim harus bermalam mendadak di rumah warga karena ketinggalan kapal terakhir. “Niatnya nggak nginep, tapi akhirnya terpaksa bermalam tanpa persiapan. Itu jadi pengalaman lucu sekaligus berkesan,” ungkapnya.

Setibanya di Pulau Untung Jawa, rombongan langsung mengadakan sosialisasi teknis penanaman mangrove bersama Karang Taruna setempat. Muhammad Buang, tokoh lokal sekaligus pembicara dalam sosialisasi tersebut, menjelaskan bahwa menanam mangrove di wilayah ini cukup menantang karena kondisi tanah yang berbatu dan banyak karang.

“Untuk jenis tanah seperti ini, kami biasanya pancing dulu dengan lumpur agar akarnya bisa tumbuh. Peninjauan pun harus rutin, minimal dua hari sekali,” ujar Buang. Ia juga menambahkan bahwa jenis mangrove yang paling cocok tumbuh di daerah tersebut adalah Stylosa, karena ketahanannya terhadap kondisi pesisir Pulau Untung Jawa.

Menurut Buang, masyarakat sangat terbuka terhadap kunjungan mahasiswa dan kegiatan lingkungan seperti ini. “Kegiatan ini sangat berdampak. Selain melindungi pulau dari abrasi, ini juga mendatangkan pendatang yang membantu perekonomian warga. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini saja,” katanya.

Buang juga menyampaikan harapannya agar semakin banyak anak muda yang peduli pada lingkungan. “Kita jangan hanya bergantung pada pemerintah. Selagi ada pemuda yang mau bergerak, saya yakin lingkungan akan tetap lestari,” tegasnya.

Antusiasme juga datang dari mahasiswa peserta, seperti Zahra Salsabila, mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2023. “Ini pengalaman baru banget. Aku dapat banyak teman dan belajar soal lingkungan. Acara ini seru dan bikin aku makin peduli,” ungkapnya.

Zahra berharap kegiatan ini bisa menjadi rutinitas tahunan agar semakin banyak generasi muda yang tergerak menjaga lingkungan. “Semoga bibit yang kita tanam bisa tumbuh besar dan bermanfaat jangka panjang. Dan semoga kegiatan seperti ini bisa terus ada,” ucapnya.

Rangkaian acara dimulai dari keberangkatan tim dari kampus UPDM (B) menuju Pulau Untung Jawa pada pagi hari. Setibanya siang hari, kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan dan sosialisasi teknis menanam mangrove yang dibawakan oleh Karang Taruna. Setelah sesi materi, seluruh peserta dan warga mengadakan makan malam bersama sebagai bentuk keakraban.

Keesokan harinya, meski sempat diguyur hujan ringan, penanaman 530 bibit mangrove berjalan lancar dan penuh semangat. Kegiatan Rimbun Harapan Mangrove menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan organisasi lingkungan bisa menghasilkan aksi nyata yang berdampak. Harapannya, gerakan ini tidak hanya berhenti di Pulau Untung Jawa, melainkan bisa menyebar ke wilayah-wilayah lain yang membutuhkan pelestarian lingkungan.

Reporter: Muhammad Ridho Mutaqin

Editor: Saniyyah

 849 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.