Media Publica – Battle of Surabaya merupakan sebuah film animasi dua dimensi karya anak bangsa yang mengangkat tema sejarah dari pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Film produksi Mataram Surya Visi (MSV) Studio tersebut dirilis pada 20 Agustus 2015 dengan adanya penambahan tokoh dan alur cerita fiksi di dalam film untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Pesan semangat, cinta tanah air, dan perdamaian terselip dalam kisah film ini.

Battle of Surabaya mampu memperoleh 39 penghargaan internasional dan tiga penghargaan nasional dari sejumlah festival film yang ada di dunia. Beberapa penghargaan tersebut ialah Best Animation di Hollywood International Motion Pictures Film Festival (2018), Best Animation Film di European Cinematography Awards (2018), dan Juara Satu Film Animasi di Indigo Fellowship (2012) yang diselenggarakan oleh Telekomunikasi (Telkom) Indonesia.

Judul: Battle of Surabaya | Sutradara: Aryanto Yuniawan | Tahun tayang: 2015 | Genre: Animasi, Drama, dan Perang (Foto: msvstudio.co.id)

“Film animasi ini dikerjakan oleh anak bangsa. Proses produksinya melibatkan lebih dari 100 animator yang terdiri dari mahasiswa, dosen, alumni serta beberapa animator profesional. Mereka berkolaborasi dengan rasa nasionalisme untuk membesarkan nama Indonesia di industri perfilman dunia,” terang Aryanto Yuniawan, selaku Sutradara sekaligus CEO MSV Studio, Sabtu (24/8/2019).

Film Battle of Surabaya mengambil latar setelah pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya tentara Jepang atas kekuasaannya di Indonesia. Teriakan-teriakan kemerdekaan pun terdengar dari segala penjuru kota.

Namun, langit Surabaya kembali memerah akibat peristiwa Insiden Bendera di Hotel Yamato dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi Belanda menuntut hak atas Hindia Belanda. Di sisi lain juga terjadi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas Hitam, sebuah organisasi paramiliter bentukan Jepang. Semua ini membuat pemuda Indonesia geram dan berjuang kembali mempertahankan kemerdekaan sehingga memunculkan peristiwa 10 November.

Cerita dimulai dari Musa, seorang pemuda penyemir sepatu yang memiliki jiwa spontan, berani, dan bertanggung jawab. Ia dipercaya untuk menjadi kurir surat dan kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo.

Dalam menjalankan misinya, Musa dibantu oleh sahabatnya Yumna dan Danu. Musa mengalami serangkaian peristiwa mulai dari melihat sendiri peperangan yang terjadi, mendengar banyak cerita dari partisipan perang sampai dikejar oleh tentara Sekutu. Berbagai kejadian menyedihkan yang dialami Musa seperti kehilangan harta dan orang-orang terkasih menjadi konsekuensi yang diterimanya dalam mengemban tugas mulia tersebut.

Tokoh-tokoh sejarah seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, dan Moestopo ikut tampil dalam film ini untuk membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo serta pemuda Indonesia agar bangkit melawan penjajahan meski dengan persenjataan yang sangat minim.

Film ini tidak berfokus pada keadaan perang saja, tetapi menonjolkan sisi lain yang memilukan dan mengambil sudut pandang dari korban perang juga partisipan perang sehingga membuat film ini menjadi lebih humanis. Slogan “There is no glory in war” memang menjadi pakem cerita yang ada di film ini dan dapat dieksekusi dengan baik.

Selain dalam film, kisah Battle of Surabaya juga dijadikan sebuah novel yang beredar dan tersedia di Gramedia pada Januari 2018 lalu. Adapun pada Desember 2018, Aryanto Yuniawan mengatakan bahwa film yang rilis pertama kali pada tahun 2015 tersebut akan diputar secara kontinu di Rumah Keong TMII mulai dari 20 April 2019 sampai satu tahun ke depan.

Namun, ada perubahan dalam durasi penayangan yang semula 1 jam 39 menit dipotong menjadi 50 menit. Hal ini dikarenakan penyesuaian dengan lingkungan di TMII tetapi tetap mempertahankan inti filmnya dan dapat dinikmati oleh pengunjung walaupun hanya sekilas.

Peresensi: Ibras Ibrahim*

Editor: Kevino Dwi Velrahga

*Mahasiswa Fikom UPDM (B) angkatan 2018 yang juga merupakan Calon Anggota LPM Media Publica

 3,718 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.