Ilustrasi Sumber: thecompassncsd.com

Jakarta, Media Publica – Menyambut tahun ajaran baru, komunitas Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual menggelar sebuah Focus Group Discussion (FGD) bagi para calon mahasiswa baru, hingga mahasiswa lama pada Jumat, (27/06). Mengusung tema “Bahaya Predator Seksual di Kampus” Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual ingin memberantas predator seksual di kampus dengan bertukar pikiran melalui diskusi, hingga melakukan gerakan.

Lathiefah Widuri Retyaningtyas, moderator dari FGD itu memberikan tanggapan mengenai predator seksual yang ada di kampus. Lathiefah beranggapan bahwa predator seksual di kampus biasanya terdiri dari dosen, senior, hingga teman sebaya.

Selain itu, Lathiefah juga beranggapan bahwa beredarnya predator seksual di kampus tidak lain dikarenakan minimnya mekanisme penangan maupun pencegahan terhadap kekerasa seksual di kampus.

“Tidak hanya dari dosen yang mesum, ada juga senior-senior yang mentarget juniornya untuk objektivikasi seksual dan untuk kepuasan seksual, dan ada juga teman sebaya. Tidak ada mekanisme penanganan dan pencegahan terhadap kekerasan seksual di kampus itu menjadi faktor kuat para predator melakukan tindakan mereka. Seharusnya oleh kampus diberikan sanksi yang tegas,” jelas Lathiefah.

Selama FGD berlangsung, para peserta sangat berantusias dalam berbagi pengalaman seputar predator seksual. Tidak sedikit dari mereka yang mengaku pernah mengalami kekerasan seksual, mulai dari cat calling, hingga kekerasan fisik di sekitar kampus.Selain berbagi pengalaman, mereka juga turut memikirkan jalan keluar bersama dalam memberantas predator seksual di kampus.

FGD yang dilaksanakan di Rawamangun ini sedikitnya dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai universitas, yakni Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Pamulang, Sekolah Tinggi Teknik Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik PLN, Universitas Bung Karno, Universitas Atma Jaya, Universitas Moestopo, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, hingga Universitas Brawijaya.

Berbagai tanggapan diungkapkan oleh beberapa peserta yang menghadiri FGD itu salah satunya, Essa, Mahasiswi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menyatakan bahwa predator seksual di kampus merupakan hal meresahkan.

“Cukup mengkhawatirkan sih, terutama kita sebagai perempuan. Sebenernya kita gak bisa menyamaratakan semua laki-laki itu predator seksual, tapi ada bebrapa laki-laki yang masih belum bisa menghargai perempuan dan bagaimana pola pikir laki-laki yang menanggap perempuan adalah objek seksual yang akhirnya melahirkan predator seksual dalam dirinya,” ujarnya

Sementara mewakili suara dari peserta laki-laki, Arial, peserta asal Universitas Brawijaya juga menganggap bahwa perbuatan itu meresahkan kedua belah pihak, “harus diadvokasi korbannya. Entah itu perempuan atau laki-laki, karena kan orang yang belum tau mikirnya hal yang biasa, seperti cat calling, padahal kan itu sexual harassment, harus diadvokasi. Bisa dengan cara memberikan wawasan kepada pelakunya maupun korbannya,” ungkap Arial.

Di akhir diskusi, Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual mengajak para pesera untuk ikut berpartisipasi dalam menyadarkan calon mahasiswa baru dengan melakukan kampanye di car free day. Selain itu, mereka juga membuat video dengan selogan-selogan melawan kekerasan seksual sebagai alat untuk menyadarkan mahasiswa baru agar lebih waspada terhadap predator seksual.

Reporter: Gieska & Shannaz

Editor: Rangga Dipa

 4,081 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.