Tampak depan Museum Geologi Bandung. (Foto: Media Publica/Gieska)

Bandung, Media Publica – Apabila Anda ingin berlibur ke kota Bandung, tak ada salahnya untuk memasukkan Museum Geologi sebagai destinasi wisata Anda. Museum Geologi merupakan tempat yang cocok bagi Anda berwisata sambil belajar geologi, karena museum ini menyediakan informasi secara detail dan cukup mudah untuk dipahami.

Gedung yang awalnya memiliki nama Geologisch Laboratorium ini dibangun pada 16 Mei 1928 oleh pemerintah Hindia Belanda yang bertujuan untuk menyimpan dan menganalisa bahan tambang Nusantara bagi kepentingan industri Negeri Belanda. Seiring berjalannya waktu, monumen bersejarah ini pun  direnovasi dengan bantuan dana dari JICA (Japan International Cooperation Agency) dan diresmikan pada 23 Agustus 2000 yang selanjutnya dikelola oleh Pusat Survei Geologi.

Meskipun Museum Geologi baru memasuki tahun ke-18, jumlah koleksi keseluruhannya telah mencapai lebih dari 200 ribu yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia hingga luar negeri. Koleksi yang ditampilkan berkisar 3000 buah dan tersebar di seluruh gedung dengan konsep  Art Deco yang menarik.

Terdiri dari dua lantai, museum ini memiliki berbagai ruangan yang memiliki fungsi masing-masing. Di lantai pertama, saat memasuki pintu utama pengunjung akan disambut oleh fosil Gajah Blora yang berdiri kokoh di ruang tengah. Beranjak ke sisi kiri gedung yang merupakan ruang barat, pengunjung dapat melihat bola dunia raksasa yang di dalamnya terdapat keterangan mengenai isi perut bumi. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan sistem terbentuknya tata surya di layar lebar dengan penjelasan detail di ruang tersebut.

Bola dunia raksasa di ruang barat Museum Geologi Bandung. (Foto: Media Publica/Gieska)

Saat menyusuri museum, terdapat banyak jenis batuan yang tersusun rapih di dalam kotak kaca. Jika ingin mengetahui informasi batuan tertentu, pengunjung dapat meletakkan batuan tersebut ke sensor mesin, lalu penjelasan rinci akan muncul beserta gambar dari batuan tersebut. Pengunjung juga bisa melihat pergerakan lempeng-lempeng aktif kulit bumi dalam bentuk maket yang terlihat begitu nyata.

Kembali ke ruang tengah menuju ke sisi kanan gedung yang merupakan ruang timur. Pengunjung dapat melihat perkembangan makhluk-makhluk hidup di panel gambar yang menghiasi dinding dengan cantik. Di sebelah kanan terlihat berbagai macam fosil binatang purba beserta penjelasannya secara lengkap. Salah satunya terdapat fosil dinosaurus yang sangat terkenal keganasannya, yaitu Tyrannosaurus Rex.

Memasuki lantai dua, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai informasi seputar artefak dari zaman ke zaman. Ada pula penjelasan mengenai bencana-bencana alam, manfaat dari bencana itu sendiri terhadap ekosistem, serta cara menanggulanginya. Hal menarik yang dapat pengunjung temui di lantai dua ini, yaitu adanya contoh simulasi kecil untuk mengajarkan cara evakuasi diri saat terjadi bencana.

Banyaknya benda bersejarah yang terdapat di dalam Museum Geologi ternyata tidak membuat petugas kesulitan merawatnya. Cukup dengan menjaga suhu dan dibersihkan secara rutin agar berbagai macam artefak, bebatuan, maupun fosil tetap dapat terlihat prima. “Tidak ada perawatan yang benar-benar khusus. Paling normal aja, dijaga suhunya, dibersihkan seperti biasa dari debu dan kotoran,” jelas Erwan Setiawan selaku Koordinator Pemandu di Museum Geologi.

Pengunjung Museum Geologi pada umumnya didominasi oleh kaum pelajar. Setiap harinya, museum ini kedatangan pengunjung sebanyak 2.000 sampai 3.000 orang. Harga tiket masuk yang ditawarkan relatif murah. Khusus pelajar, museum ini memberikan potongan harga menjadi Rp2.000,- dan biaya Rp3.000,- bagi pengunjung umum. Sedangkan bagi pengunjung asing dikenakan biaya Rp10.000,- per tiketnya.

 

Reporter: Gieska Cyrilla Calista

Editor: Ranita Sari

 6,059 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.