Ilustrasi: www.liputan6.com
Ilustrasi: www.liputan6.com

Jakarta, Media Publica – Sudah tidak asing lagi kasus kekerasan layaknya fisik, psikis, hingga seksual menjadi sorotan di berbagai media di tanah air. Seperti yang dilansir tempo.co, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa kekerasan dan keterlibatan anak terhadap masalah hukum meningkat sebesar 15 persen dibanding tahun lalu pada bulan April.

Melihat ini, Media Publica mendapat kesempatan mewawancarai Gisella Tani Pratiwo, M.Psi. dan Nirmala Ika, M.Psi. yang merupakan psikolog spesialis anak dari Yayasan Pulih yang berada di Rawa Bumbu, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Apa penyebab kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak?

Nirmala  (N): Ada banyak faktor. Salah satunya karena adanya relasi kuasa dimana anak-anak cenderung dipandang sebagai pihak yang lemah dan tidak mampu melawan sehingga mereka mudah dimanipulasi dan diintimidasi.

Gisella (G): Kasus kekerasan terhadap anak terjadi karena adanya beberapa hal seperti : kerangka berpikir kurang tepat yang menganggap  bahwa anak merupakan pihak yang lemah, praktek pengasuhan anak, penerapan disiplin yang permisif atau membolehkan kekerasan serta kurangnya perhatian akan hak tumbuh kembang anak.

Bagaimana pendapat anda tentang kekerasan yang meliputi anak dibawah umur?

N : Lingkungan sosial tempat anak-anak tumbuh cenderung makin membuat anak mudah terpapar dengan kekerasan. Anak-anak cenderung mudah meniru apa yang ada disekitarnya dan dengan kemampuan berpikir mereka cenderung masih sederhana, mereka belum mampu mengelola semua informasi tersebut dengan baik sehingga sering kali mereka tidak paham mana yg baik dan buruk dan apa konsekuensi dari perbuatan mereka.

G : Belum adanya pendidikan seksualitas komprehensif, baik secara sistem formal seperti di sekolah dan informal yang ada di lingkungan rumah menyebabkan anak tidak paham akan perekembangan seksualitas dirinya dan juga tidak paham akan konsep kesetaraan antar gender. Selain itu sistem pendidikan seringkali abai akan perkembangan anak secara utuh, misal hanya mengedepankan stimulus kognitif akademis.

Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk melindungi anaknya dari para pelaku kekerasan dan pelecehan?

N: Mengajarkan mengenai pendidikan seks sedini mungkin yang tentunya disesuaikan dengan usianya, supaya anak paham bagamaina harus melindungi dirinya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain itu orang tua perlu menjalin komunikasi yang hangat dan akrab dengan anaknya.

G :Ada beberapa tips untuk melindungi anak dari pelaku kekerasan dan pelecehan, yaitu :

  1. Berikan pola asuh yang konsisten dan hangat secara emosional.
  2. Kembangkan pola komunikasi yang interaktif dan terbuka. Sehingga anak memiliki rasa aman dan tempat berbagi serta diskusi yang tepat untuk beragam hal terutama permasalahan sehari-hari.
  3. Pastikan pengasuh anak adalah orang yg punya nilai-nilai yang sama atau mendekati standar nilai serta sikap pengasuhan yang sesuai dengan orang tua.
  4. Usahakan mengetahui dengan siapa saja anak berinteraksi sehingga orang tua bisa mencegah anak berinteraksi dengan pihak yang berbahaya.
  5. Berikan anak pendidikan seksual komprehensif dan skill membela diri dalam keadaan darurat.
  6. Menjalin hubungan baik dengan sekitar lingkungan aktivitas anak sehingga ada kesamaan visi untuk menjaga anak.

Terkadang tanpa disadari orang tua dapat menjadi pelaku kekerasan baik verbal maupun nonverbal, apa yang harus diperhatikan orang tua untuk menghindarinya?

N : Cobalah untuk kelola diri dan emosi dengan baik. Kalau kita akhirnya khilaf sebagai orang tua kita juga perlu minta maaf bila memang salah. Biasakan untuk mengucapkan maaf, terima kasih dan tolong sehingga antara anak dan orang tua terjalin rasa saling menghormati dan menghargai.

G : Orang tua harus saling membuat kesepakatan akan hal-hal yg ingin diterapkan kepada pengasuhan. Selain itu, perbanyak membaca dan berdiskusi mengenai pengasuhan anak dan perkembangan anak . Jangan hanya terpaku pada satu sumber sehingga ayah dan ibu bisa sama-sama  belajar pola yang lebih sehat untuk pengasuhan anak.

Dampak apa yang akan ditimbulkan oleh kekerasan maupun pelecehan seksual kepada anak?

N : Dampaknya sangat dalam kepada anak bahkan berdampak juga pada lingkungan terdekatnya. Bila tidak tertangani dengan baik, dampak ini bisa mempengaruhi kehidupan korban sepanjang hidupnya dan tidak tertutup kemungkinan akan mempengaruhi keturunannya.

G : Dampak kekerasan seksual dapat mempengaruhi diri anak baik fisik maupun psikis dan juga berpengaruh pada lingkungannya, terutama pada keluarga korban.  Secara fisik, anak terluka bagian kemaluan, fungsi reproduksi, bagian tubuh lain bahkan sampai meninggal. Secara psikis, korban merasa tidak aman, bingung, sedih atau marah yang mendalam, seringkali merasa bersalah dan rendah diri. Secara sosial, anak akan dikucilkan, tidak lagi bebas bersosialisasi seperti sebelumnya, mendapat stigma dan sebagainya.

Bagaimana proses penyembuhan anak yang menjadi korban kasus ini?

N : Perlu dukungan positif dari orang-orang yang berada disekitarnya. Akan baik bila juga ada kesempatan untuk didampingi oleh tenaga-tenaga profesional untuk proses penyembuhan. Pendampingan ini ditujukan kepada anak maupun keluaganya.

G: Proses pemulihan anak yg mengalami pengalaman traumatis seperti kekerasan tidaklah mudah. Biasanya korban harus dibantu untuk mengasah skill pengelolaan dampak traumatis dalam dirinya.

Bagaimana pendapat anda tentang kekerasan yang meliputi anak dibawah umur?

N : Lingkungan sosial tempat anak-anak tumbuh cenderung makin membuat anak mudah terpapar dengan kekerasan. Anak-anak cenderung mudah meniru apa yang ada disekitarnya dan dengan kemampuan berpikir mereka cenderung masih sederhana, mereka belum mampu mengelola semua informasi tersebut dengan baik sehingga sering kali mereka tidak paham mana yg baik dan buruk dan apa konsekuensi dari perbuatan mereka.

G : Belum adanya pendidikan seksualitas komprehensif, baik secara sistem formal seperti di sekolah dan informal yang ada di lingkungan rumah menyebabkan anak tidak paham akan perekembangan seksualitas dirinya dan juga tidak paham akan konsep kesetaraan antar gender. Selain itu sistem pendidikan seringkali abai akan perkembangan anak secara utuh, misal hanya mengedepankan stimulus kognitif akademis.

Orang tua sebagai agen sosial yang paling dekat dan paling penting dengan anak, memiliki peran besar untuk senantiasa melindungi dan mencegah kasus yang tengah marak ini, agar tidak terjadi kepada buah hatinya. Segala bentuk perhatian serta dukungan akan sangat berarti bagi perkembangan anak Anda.

Reporter: Mohammad Thorvy Qalbi, Muhammad Furqaan

Editor: Anisa Widiasari

 2,965 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.