*Oleh: Dwi Retnaningtyas
Merenda untaian ikhlas yang terlantur dalam hela napas
Merontokkan segala bangunan kokoh yang memenuhi jiwa
Kita kembali di sini, memulai yang kita rintis dari telur
Yang menetas bukan karena waktunya, tapi memang sengaja dipecahkan
Salah mana, bernapas dalam jiwa tidak utuh atau mati dalam jiwa berakar kuat
Benar mana, melangkah dengan kaki melayang atau merangkak dengan lutut bersimbah darah
Maka salah bila aku bernapas di dalam jiwa yang kotor
Maka benar bila aku melangkah menuju tanah tempat bermuara
Langit mana yang berawankan pelangi
Laut mana yang berkarangkan kaktus
Pulau mana yang bertanahkan kabut
Lalu di mana jiwa ini mampu berpijak
Percaya akan kuasa Tuhan yang akan melangkahkan kaki kita pada padang rumput nan indah
Percaya akan kuasa Tuhan yang akan menerbangkan kita melewati langit ketujuh
Percaya akan kuasa Tuhan yang akan menenggelamkan kita dalam lautan cinta
Dan percaya akan kuasa Tuhan akan menjatuhkan jiwa kita pada raga yang tepat
Ikhlas kita hari ini membawa jiwa kita pada raga yang tenang
Ikhlas kita hari ini akan menjaga kita dari tanah tanpa dosa
Ikhlas kita hari ini akan menjaga setiap cinta untuk bermuara pada hati yang tepat
Ikhlas kita hari ini akan merenda ikhlasmu dan ikhlasku kelak, bukan hanya dalam napas, namun dalam bahagia
*Penulis adalah mahasiswi Fikom angkatan 2011 yang terdaftar sebagai anggota LPM Media Publica angkatan 2012
3,298 total views, 3 views today
