Jakarta, Media Publica – Dalam rangka peringatan Dies Natalis ke 53 dan Wisuda Sarjana dan Magister Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) 2014, diadakan seminar dengan tema `Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Tahun 2015, Peluang dan Tantangan Indonesia di tengah Berkahnya Demografi’ pada Rabu (26/3).

Seminar ini digelar untuk memberikan gambaran bagi masyarakat dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dan bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi persaingan dalam MEA 2015. Seminar ini dihadiri mahasiswa dan dosen UPDM(B) yang berlangsung sekitar pukul 13.30 WIB dengan mengadirkan empat pembicara yaitu Dr. Henri Saparini (Pengamat ekonomi), Prof. Dr. Wibowo. SE,M.Phil (Pakar manajeman perubahan), Hendradjit (Direktur executive The Global Future Institute) dan Usmar SE,MM (Wakil Dekan FE).

Menurut Henri Saparini, tahun ini adalah tahun dimana isu politik sangat gencar dibicarakan menjelang pemilu. Akibatnya adalah masyarakat dan pemerintah melupakan bahwa tahun depan MEA akan dimulai. Jika tidak ada pengetahuan bagaimana masyarakat bisa menyadari apa saja kompetensi yang mumpuni untuk bersaing.

Dinamika perekonomian global telah memperkuat tekad negara-negara kawasan ASEAN untuk memperkokoh kerja sama ekonomi di bawah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bagi Indonesia, pembentukan MEA 2015 mendatangkan harapan sekaligus tantangan. Banyak pihak beranggapan daya saing masyarakat Indonesia masih diragukan. Sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan masih belum memahami tentang MEA itu sendiri dan sejauh mana kesiapan Indonesia dalam implementasinya.

Usmar mengatakan pemerintah terkesan tidak bertindak dan mengabaikan, tidak ada gerakan massive dalam mempersiapkan bangsa Indonesia mengahadapi MEA. “Banyak akademisi bahkan tidak tahu MEA, ini sangat memprihatinkan,” ungkap Wakil Dekan FE UPDM(B) yang hadir sebagai pembicara.

Pakar manajeman perubahan Prof. Dr. Wibowo SE,M.Phil mengatakan untuk menghadapi MEA jangan permasalahkan perubahan namun memang inilah semangat ASEAN dalam menjalin kerjasama. Kita memiliki kurang lebih satu setengah tahun untuk mempersiapkan sumber daya yang dapat bersaing dengan masyarakat asing. “ Visi dari ASEAN Vision harus kita dukung dan hargai, Indonesia sebagai anggota ASEAN merasakan dampak positif walaupun belum optimal. Dibutuhkan kerja keras dan pemimpin negara selanjutnya yang fundamental.”

Apakah bangsa Indonesia sudah puas dengan posisi yang sudah dicapai? Tentu banyak yang berpendapat belum. Seperti apa posisi Indonesia dalam MEA setidaknya harus dapat menduduki peringkat 1 dan 2 dalam berbagai aspek. Aspek yang perlu dikuasai adalah sebagimana tertuang dalam ASEAN Vision 2010 yang dipercepat menjadi tahun 2015, yaitu (1) ASEAN Economic Community, (2) ASEAN Political Security Community, (3) ASEAN Socio Cultural Community, untuk mencapainya adalah keharusan untuk melakukan perubahan. Perubahan adalah fenomena global yang tidak dapat dihindari. Jika ingin sukses harus bersedia melakukan perubahan yang diinginkan di masa depan. Untuk itu diperlukan kerja keras jajaran pmerintahan, pebisnis hingga masyarakat luas khususnya mahasiswa.

Pelaksanaan perubahan memerlukan keterlibatan banyak pihak dan juga peran serta tanggung jawab pemimpin perubahan yang fundamental. Dengan upaya perubahan yang sistematis diharapkan Indonesia mendapatkan manfaat terbaik dalam MEA tahun 2015.

Reporter : Putri Yanuarti
Editor : Rati Prasasti

 2,518 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.