Sumber : www.beritateknologi.com
Jakarta, Media Publica – Implementasi layanan jaringan 4G kini di depan mata. Era keemasan 2G telah berlalu, sedangkan saat ini tengah memasuki era 3G, dan giliran 4G yang sudah menanti didepan mata.
“Kami tidak bisa lagi cuma bicara 3G, tetapi bagaimana layanan 4G yang handal kedepan ditopang dengan kesiapan pemerintah dan regulator untuk menyiapkan payung hukum dari komersialisasi 4G,” kata Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Telekomunikasi, Johnny Swandi Sjam dalam seminar yang bertajuk ‘4G: New Tech, New Service, New Needs’ di Jakarta, Kamis (23/05).
Implementasi 4G dengan teknologi Long Term Evolution (LTE) guna memenuhi kebutuhan data yang terus meningkat. Disamping itu, berkembangnya tren dan permintaan pasar telekomunikasi telah memaksa operator seluler untuk terus berinovasi dan berevolusi mengembangkan jaringannya.
Johnny menambahkan bahwa peluang pasar telekomunikasi di Indonesia masih cukup besar. Dimana satu orang pelanggan saat ini menggunakan dua SIM Card.
Sementara itu, VP Region SEA & Oceania Ericsson, Fadi Pharaon, mengatakan Indonesia akan sangat membutuhkan teknologi LTE, karena pada 2016 mendatang diprediksi akan terdapat empat miliar ‘smart device’ di Indonesia seperti smartphone, tablet dan perangkat cerdas lainnya. Untuk itu, LTE harus segera disiapkan guna mengimbangi pertumbuhan mobile data yang pesat.
Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) pun mengharapkan penerapan teknologi ini akan berada di frekuensi 700 MHz.
“Menurut kami frekuensi 700 MHz paling pas untuk LTE karena cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Kemampuan jangkauannya juga paling luas jika dihitung dari pemanfaatan base station di setiap 10km persegi,” kata Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk, Hasnul Suhaimi.
Hal ini pun diamini oleh Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI yang mengatakan bahwa ideal teknologi ini diterapkan pada 700 MHz karena penetrasi jaringannya yang kuat dan investasi infrastukturnya yang lebih kecil.
Namun, menurut Dian, penyelenggaraan layanan telekomunikasi ini di Indonesia masih menunggu keputusan Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait penerapan teknologi seluler 4G.
“Implementasi teknologi seluler 4G di Indonesia akan terjadi tiga hingga lima tahun mendatang karena menunggu penyelesaian Digital Devidend yang ditargetkan Kemkominfo hingga 2018,” tambahnya.
Hasnul mengharapkan agar pemerintah segera membebaskan spektrum 700 MHz, karena ketersediaan perangkat komunikasi yang paling banyak diproduksi juga lebih mendukung spektrum tersebut.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika, Muhammad Budi Setiawan, mengatakan implementasi LTE pada frekuensi 700 MHz dapat dimanfaatkan untuk mempercepat penyelenggaraan jaringan nirkabel pita lebar (broadband).
“Frekuensi 700 MHz merupakan frekuensi yang rendah namun memiliki jangkauan lebih luas. Dari sisi kapasitas juga bagus, dapat menembus tembok dan basement gedung,” ujar Budi Setiawan yang akrab dipanggil dengan nama Iwan.
Ia juga menambahkan bahwa dalam menentukan frekuensi yang tepat untuk LTE, pemerintah dan para pemangku kepentingan harus mengikuti tren global.
Berdasarkan data, di Asia Pasifik terdapat 66 operator seluler yang sudah mengadopsi LTE, dengan frekuensi yang paling banyak digunakan adalah 2.100MHz, 700MHz, 2.600MHz, dan 1.800MHz.
Presiden Direktur PT Indosat Alexander Rusli mengatakan momentum 4G telah datang dan LTE merupakan teknologi yang paling efisien untuk melayani pasar mobile broadband. Indosat menilai bahwa 4G dengan teknologi LTE akan jauh lebih efisien dibandingkan teknologi mobile generasi sebelumnya.
Meski demikian, Alexander berpendapat bahwa untuk menangkap peluang dengan memasuki era 4G tersebut, operator tidak bisa bergerak sendiri tetapi harus berkolaborasi dengan pihak lainnya seperti perusahaan Over The Top (OTT), pengembang manufaktur, dan termasuk dengan pemerintah.
Sumber: Antara News
Editor: Desi Widiastuti
3,415 total views, 3 views today