“Ada tujuh mobil dari UGM, Politeknik Negeri Bandung, UI, dan ITS yang bertanding. Mereka umumnya menggerakkan mobil dengan reaksi kimia dari alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi,” jelas Hanif Mubarok, Ketua Panitia Indonesian Chemical Engineering Car Competition 2013.

Indonesian Chemical Engineering Car Competition 2011 Sumber foto: chernival.its.ac.id/
Indonesian Chemical Engineering Car Competition 2011
Sumber foto: chernival.its.ac.id

Surabaya, Media Publica – Indonesian Chemical Engineering Car (Chem-E-Car) Competition 2013 kembali digelar, Sabtu (04/05) lalu, di Gedung Robotika, Institut Teknologi Surabaya (ITS). Acara yang dilaksanakan untuk kedua kalinya ini, menyandingkan empat universitas sebagai peserta yang bertanding dalam kompetisi nasional untuk mobil berbahan bakar alternatif tersebut.

Tepat tahun 2011 silam, kompetisi ini digelar untuk pertama kalinya atas saran Asosiasi Perguruan Teknik Kimia Indonesia (Aptekindo), yang disosialisasikan kepada sejumlah universitas dalam negeri, seperti UI, ITB, UGM, Undip dan Politeknik Negeri Bandung. Selain itu, kompetisi ini pun terbuka untuk perguruan tinggi di luar Indonesia dan dibagi menjadi dua bagian, yakni the poster presentation dan the race.

“Ada tujuh mobil dari UGM, Politeknik Negeri Bandung, UI, dan ITS yang bertanding. Mereka umumnya menggerakkan mobil dengan reaksi kimia dari alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi,” kata Ketua Panitia Chem-E-Car, Hanif Mubarok.

Ia juga menjelaskan bahwa Chem-E-Car tahun 2011 diikuti 11 tim, tapi tahun ini hanya 7 tim dari 4 universitas.  Sebelumnya ditahun pertama penyelenggaraannya, peserta yang mengikuti kompetisi ini mampu menjaring peserta dari luar negeri, seperti Malaysia dan Iran. Namun pada kesempatan itu, Iran batal mengikuti kompetisi tersebut.

“Tahun 2011 cukup banyak, karena ada peserta dari luar negeri, tapi tahun ini tidak ada karena bersamaan dengan kegiatan serupa di negera lain seperti Malaysia, Thailand, dan sebagainya, sedangkan kompetisi tingkat dunia di Australia pada Juni mendatang,” katanya.

Untuk tim dari UGM sendiri, mereka mengeluarkan 3 mobil, yakni ‘Sugriwa III’ yang berbahan bakar Asam Chlorida (HCl) untuk sistem rem dan Magnesium untuk sistem penggerak. Kedua bahan tersebut merupakan alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi.

Lalu, ‘Subali IV Car’ yang berbahan bakar Hydrogen Peroxida sebagai penghasil gerak, dimana bahan tersebut digunakan sebagai alat pemutih yang lebih ampuh dibandingkan bahan bakar sebelumnya. Terakhir adalah ‘Anjani’ yang menggunakan penggerak “fuel cell” dari Zodium Peroksida.

Sementara tim dari Politeknik Negeri Bandung ada dua yakni tim mobil ‘Sangkuriang’ dan tim mobil ‘The Warrior’. ‘Sangkuriang’ memakai fuel cell buatan sendiri dari zinc dan asam sulfat, sedangkan ‘The Warrior’ menggunakan baterai alumunium yang menghasilkan listrik.

“Untuk mobil Spektronics 5 dari ITS juga menggunakan reaksi kimia dari alat pemutih, lalu reaksi itulah yang mengisi bejana tekanan mirip tabung gas yang akhirnya menggerakkan mobil,” terangnya.

Ia juga menambahkan untuk tim UI sendiri mengeluarkan satu mobil, yakni ‘Altair 1.0’ dengan menggunakan bahan bakar dari elektroda alumunium yang bisa menghasilkan gas apabila bereaksi dengan udara. Sehingga, reaksi yang akan dihasilkan nantinya berupa listrik yang diubah menjadi energi penggerak.

Tentang penilaian sendiri ditentukan berdasarkan studi kasus dengan dua undian, yakni undian beban dan jarak. “Beban akan diberikan dalam kisaran 0-20 persen dari bobot mobil, lalu berat beban itu yang menentukan undian jarak yang harus dicapai,” katanya.

Bagi pemenang, panitia akan menyiapkan bantuan dana Rp 10 juta untuk juara pertama, Rp 7 juta untuk juara kedua, dan Rp 4 juta untuk juara ketiga. “Khusus juara pertama akan difasilitasi Aptekindo untuk beradu ke kegiatan tingkat dunia,” tutupnya.

Sumber: Antara

Editor: Desi Widiastuti

 4,090 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.