Salah satu pagelaran musik asal Kalimantan, yang turut ditampilkan dalam Pekan Budaya Dayak (30/4), GBK Jakarta.
Salah satu pagelaran musik asal Kalimantan, yang turut ditampilkan dalam Pekan Budaya Dayak (30/4), GBK Jakarta.
Foto: Media Publica/Rienhesti

Jakarta, Media Publica – Acara festival Internasional  Pekan Budaya Dayak (PBD) 2013, di selenggarakan sejak tanggal 27-30 April,  di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI Budiono, Sabtu (27/4), juga dihadiri oleh beberapa Menteri, lima Gubernur, serta Bupati se-Kalimantan. Perhelatan budaya ini berlangsung dengan meriah. Terlihat dari antusiasme masyarakat, dalam menyaksikan acara ini.PBD 2013 sendiri, menyuguhkan dua pentas yang diisi oleh beragam kebudayaan Kalimantan, baik musik maupun tarian. Menurut Ir. Thampunah Sinseng. Dipl.HE, selaku panitia acara menjelaskan, tujuan dari acara ini untuk menunjukkan kepada seluruh masyarakat, bahwa masyarakat dayak di Kalimantan, sama seperti masyarakat lainnya. Berkeinginan membangun Indonesia secara umum dan membangun Kalimantan secara baik dan maju. “Menunjukkan masyarakat dayak juga punya peranan dan sumber daya manusia dan alam, yang cukup banyak untuk membangunNegara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini,” tutur Thampunah, yang juga menjabat sebagai Sekertaris Jendral Majelis Adat Dayak Nasional (MADN).

Pekan Budaya yang diramaikan sekitar empat ribu orang peserta ini, yang berasal dari empat provinsi di Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan timur). Disisi lain, terlaksananya pagelaran tersebut melibatkan pihak-pihak terkait, mengenai promosi tentang potensi daerah Kalimantan secara menyeluruh. Baik sektor industri, perdagangan dan bisnis, pariwisata serta seni dan budaya.

Diawali acara pembukaan oleh Wakil Presiden RI, kegiatan dilanjutkan dengan seminar peluang-peluang usaha di Kalimantan. Tak luput pula, pemaparan masing-masing Gubernur terhadap daerahnya dalam seminar tersebut.  Selain itu, ditampilkan pula hiburan tarian diantaranya, tari Gulung Perak Bulat Apai dari Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah (Kalteng). Penampilan tari itupun, tampak cukup memukau dan menjadi perhatian pengunjung.

 Salah satu stand pengenalan budaya, yang terdapat pada Pekan Budaya Dayak (30/4),GBK  Jakarta. Foto: Media Publica/Rienhesti
Salah satu stand pengenalan budaya, yang terdapat pada Pekan Budaya Dayak (30/4),GBK Jakarta.
Foto: Media Publica/Rienhesti

Tak hanya tarian, salah satu yang menarik perhatian pengunjung ialah pakaian adat yang berasal dari Dayak Ibat Kalimantan Barat.  Makna baju tradisional suku Dayak itupun diutarakan oleh Johannes salah satu pengisi acara. Menurutnya baju adat suku Dayak, melambangkan budaya dayak itu sendiri. Hal ini digambarkan melalui pakaian yang dikenakan, yaitu topi yang mereka ambil dari alam, serta kalung yang berasal dari hasil buruan yang mereka dapat baik dipakai untuk keseharian maupun untuk berperang. “Menggambarkan dalam bentuk pakaian, yang kemudian mereka gunakan pada saat hari besar, seperti kegiatan sukuran padi,pernikahan maupun upacara lainnya,” tambahnya.Perhelatan PBD hari kedua, diwarnai oleh Karnaval Seni Budaya Dayak dengan jarak tiga kilometer menetapkan rute start dari GBK, Jalan Jenderal Sudirman menuju ke Bundaran Senayan di Jalan Sudirman dan kembali ke GBK. Pawai ini diikuti oleh peserta yang karnaval mengenakan pakaian adat, dari daerah masing-masing.Selanjutnya, disajikanseminar budaya adat dan istiadat suku dayak.

Hingga hari ketiga berlangsungnya PBD, pengunjung tampak masih tertarik terhadap keberagaman kekayaan suku dayak. Acara yang dimulai pada pukul 10.00 WIB ini, menyajikan pentas musik yang berasal dari Kalimantan dan seminar mengenai Investasi Daerah.Keberagaman budaya Dayak, juga dipromosikan melalui pameran hasil kerajinan. Salah satunya Brigita asal Kalimantan Timur, yang membuka stand usaha kecil menengah untuk kerajinannya. ” Karena kalo kita buat acara ituudah rutinitas tiap tahun agendanya,orang dari luar bisa tau. Supaya pengunjungnya, bukan dari lokal aja dari luar daerah sama mancanegara.,” ujar Brigita. Karya yang dipajangnya sendiri, meliputi kerajinan tangan dari manik, kain tenun yang berbahan dasar serat-serat daun atau yang dikenal dengan kain tenun ulam doyo. Kain yang dulu dikenakan oleh orang pedalaman yang tidak memiliki pakaian. Sehingga, suku setempat membuat pakaian untuk dikenakan sehari-hari. Akan tetapi, pada zaman sekarang, dikenakan untuk tarian penyambutan tamu.
Menanggapi kegiatan promosi budaya ini, para pengunjung mengaku sangat antusias. Karena, dapat  menambah pengetahuan mengenai budaya dayak. “Saya terus terang baru terhentak, ternyata dayak itu tidak seperti yang kita lihat di televisi. Kita melihat potensi-potensi alamnya, bikin kita sebagai generasi muda tdk harus merusak alam. Karena, saya lihat getah, kenapa harus menambang kalau pake getah aja bisa,” ungkap Yayuk Sriwahyuningsih selaku pengunjung Pekan Budaya Dayak.
Lebih dari semua itu, Thampunah mengutarakan,  acara ini  juga bertujuan untuk mempersatukan masyarakat dayak Kalimantan yang luas, serta pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga dapat mendekatkan satu sama lai,  dengan semangat rumah betang,rumah panjang. Melihat kesuksesan Pekan Budaya Dayak kali ini, diharapkan menjadi agenda tahunan event promosi kebudayaan. Bila hal ini rutin dilakukan, tentunya akan membawa dampak positif. Selain sebagai ajang promosi kebudayaan, ajang ini sepatutnya dapat membantu masyarakat lebih aware terhadap kebudayaannya sendiri. “Bisa lebih diatur jadwalnya tiap tahun agar lebih matang dan tidak harus di Jakarta, tetapi diprovinsi lainnya yang punya kekayaan alam juga berpartisipasi seperti ini” tambah Yayuk.
Reporter : Rienhesti Dewiani S. dan Mega Pratiwi
 
Editor : Prabawati Sriningrum
 

 2,458 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.