Media Publica – Penantian panjang Liverpool selama tiga dekade akhirnya berakhir manis pada Jumat (26/6). Kekalahan pesaing terdekat di klasemen sementara Liga Inggris, Manchester City, memastikan tim sepak bola yang kerap dipanggil The Reds ini menjadi juara Liga Inggris musim 2019/2020 sekaligus trofi Premier League pertama mereka sepanjang sejarah.
Selebrasi suporter Liverpool di sekitaran Anfield Road saat mengetahui Liverpool berhasil menjuarai Liga Inggris setelah Manchester City dikalahkan oleh Chelsea pada pekan pertandingan ke-31, Jumat (26/6). (Foto: Getty Images)
Terakhir kali Liverpool juara kasta tertinggi sepak bola Inggris pada musim 1989/1990 saat kompetisi masih berformat First Division. Ketika itu, tim asuhan Kenny Dalglish unggul dari peringkat kedua Aston Villa di klasemen akhir. Setelah itu, dua musim First Division dan 27 musim Premier League berlalu, The Reds tak pernah lagi merasakan gelar juara liga.
Sulit mempercayai klub besar dengan sejarah panjang dan dukungan fanatik berpuasa gelar prestisius sepanjang 30 tahun. Selama ini Liverpool sebenarnya tercatat lima kali menjadi runner-up. Sekali runner-up terjadi di era First Division, yaitu pada 1990/1991. Sedangkan empat sisanya dialami The Reds di era Premier League, yaitu pada 2001/2002, 2008/2009, 2013/2014, dan 2018/2019.
Pada 2013/2014, The Reds gagal secara dramatis. Mereka sempat memimpin klasemen, tetapi kemudian tergelincir dari puncak setelah kekalahan 0-2 atas Chelsea di Anfield Road, markas Liverpool. Di ujung kompetisi, Liverpool hanya mengoleksi 84 angka atau selisih dua poin dari sang juara, Manchester City.
Musim lalu, Liverpool awalnya tampak memegang kendali untuk merasakan gelar juara Premier League pertama mereka. Namun, bahkan dengan total 97 poin, The Reds kalah satu poin dari Manchester City, satu-satunya tim yang bisa mengalahkan mereka di liga domestik musim tersebut.
Perombakan Besar-Besaran Demi Menjadi Juara
Sir Alex Ferguson, mantan pelatih legendaris Manchester United, dalam buku autobiografinya menjelaskan bahwa Liverpool telah jatuh dalam perangkap karena banyak membeli pemain yang kualitasnya bukan Liverpool sejati. Untuk kembali bisa menandingi Manchester United dan Manchester City, Liverpool memerlukan investasi yang besar, termasuk stadion, fasilitas kamp latihan, dan paling penting mereka butuh tujuh hingga delapan pemain baru yang berkualitas supaya bisa sampai ke standar juara.
Awal musim 2015, Liverpool mulai melakukan revolusi sebagaimana yang dimaksud Ferguson. Pada 8 Oktober 2015, Jurgen Klopp datang ke Anfield dari Jerman untuk menggantikan Brendan Rodgers, seorang pelatih muda yang membawa tim menjadi runner-up pada musim sebelumnya. Ini merupakan keputusan berani yang diambil oleh Manajemen Liverpool.
Saat pertama diperkenalkan, Klopp begitu karismatik dan percaya diri sehingga memikat banyak pers dan juga para pendukung. Dengan slogan “from doubters to believers”, ia ingin mengangkat derajat Liverpool sehingga orang-orang yang meragukan klub ini dapat kembali menaruh harapan lagi.
Ia tidak tampak berada di bawah tekanan mengemban tugas maha berat itu. The Normal One—julukan Klopp—bahkan sudah berjanji akan mengantarkan Liverpool menjadi juara, setidaknya pada musim keempatnya karena ia berpikir realistis tidak bisa langsung segera menyulap mendatangkan trofi.
“Kami menjalani kompetisi yang sangat sulit dan kami bisa sukses dengan cara Liverpool. Saya janjikan titel juara jika kita ada di sini empat tahun mendatang,” ucap Klopp ketika itu.
Klopp membuktikan ia laki-laki yang bisa dipegang omongannya. Ia benar-benar merevolusi sembari membangun tim yang benar-benar hebat.
Gebrakan yang Klopp lakukan ialah ia berani membuka jalur bagi bakat-bakat akademi Liverpool, mengorbitkan dan mempercayai talenta-talenta muda seperti Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson. Kemudian, ia melakukan pembelian kunci seperti bek tengah Virgil van Dijk dari Southampton, penyerang Mohamed Salah dan kiper Alisson Becker yang sama-sama dari AS Roma. Pemain-pemain tersebut merupakan beberapa rekrutan terbaik yang pernah dilakukan Liverpool.
Dengan komposisi komplit dan pengalaman musim 2018/2019, The Reds benar-benar menampilkan performa luar biasa musim ini. Dari 37 laga yang sudah dimainkan, Liverpool hanya kehilangan 15 poin hasil tiga kali bermain imbang melawan Manchester United, Everton, dan Burnley serta tiga kali kekalahan dari Watford, Manchester City, dan Arsenal. Itu pun mereka sudah dipastikan juara saat berada di pekan ke-31 karena Manchester City dipastikan tak lagi punya kesempatan menyalip poin Liverpool di puncak klasemen Liga Inggris.
Tampil konsisten merupakan kunci terpenting mereka dapat menjuarai liga. Terpaut 18 poin dari rival terdekat Manchester City yang berada di posisi dua, Liverpool berhasil mengunci gelar impian dengan berkelas dan bertabur rekor saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga. Mereka juara dengan standar baru dari squad fantastis yang berisikan pemain top, dipimpin manajer kelas dunia, dan suporter yang fanatik.
Gelar ini bisa dikatakan maha karya Klopp yang membuktikan bahwa ia merupakan salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini. Klopp bagi pendukung Liverpool sudah dianggap setara dengan pelatih legendaris Liverpool lainnya seperti Bill Shankly, Bob Paisley, dan Kenny Dalglish.
Gelar Juara Liga Inggris Merupakan Hadiah untuk Suporter
Walaupun masih dalam situasi pandemi COVID-19, wajar bila pelatih, pemain, legenda, juga pendukung Liverpool larut dalam pesta juara. Sebab, mereka memang sudah menunggu sangat lama untuk bisa merayakan gelar ini.
Bisa dibayangkan berapa generasi yang sudah menunggu momen ini. Mereka yang di tahun 1990 dulu masih anak-anak, kini sudah berkeluarga dan memiliki anak. Sebagai suporter baru atau awam sekalipun juga bisa ikut merasakan betapa leganya sebuah tim bisa juara liga setelah 30 tahun menunggu juara serta beberapa kali nyaris juara, tapi ‘terpeleset’ di momen krusial.
Kapten Liverpool, Jordan Henderson mengucapkan terima kasih kepada staf The Reds dan para pendukung Liverpool. Hal tersebut ditulis Henderson dalam konten yang terbit di laman resmi Liverpool saat sesi angkat trofi di Anfield Road, Kamis (23/7) kemarin.
Liverpool Football Club mengangkat trofi Premier League untuk pertama kalinya di stadion Anfield Road, Liverpool, Kamis (23/7). (Foto: AFP)
“Ada banyak sekali orang yang bertanggung jawab saat sebuah tim berhasil, dan para pemain punya privilese untuk menarik sebagian besar perhatian, paling dipuji dan mendapat penghargaan terbesar. Tetapi di balik sebuah tim, ada banyak sekali individu dan kelompok yang membuatnya berhasil,” tulis Henderson sebagaimana dimuat laman resmi Liverpool.
Dukungan dari suporter menurut Henderson adalah faktor penting mereka dapat seperti sekarang. Maka dari itu penting bagi mereka untuk menggelar momen seremonial pengangkatan trofi sebagai bentuk rasa terima kasih untuk para pendukung. Walaupun tidak ada suporter yang hadir secara langsung di dalam stadion karena pandemi COVID-19 yang belum mereda, mereka berjanji akan tetap merasakan kehadiran suporter di sekitar mereka.
Klopp juga mengapresiasi dukungan terhadap The Reds selama beberapa tahun terakhir, termasuk ketika gagal juara Premier League meskipun meraih 97 poin dan hanya kalah sekali pada musim lalu.
“Jika kita benar-benar tetap bersama, kita bisa melakukan apapun. Itulah yang terjadi selama tiga tahun terakhir, sejak saya benar-benar merasa bahwa saya mendapat dukungan yang masif. Saya dapat memahami bahwa kali ini adalah situasi yang rumit, sungguh saya bisa memahaminya,” ucap Klopp dikutip dari laman resmi Liverpool.
Malam perayaan kemenangan dan momen pengangkatan trofi Liga Inggris pun bagi Klopp ialah hari yang spesial untuk The Reds. Sebab melihat dari perjuangan Liverpool selama di musim 2019/2020 ini dan dalam beberapa tahun terakhir mereka, Klopp percaya trofi Liga Inggris adalah sesuatu yang layak mereka dapatkan dan patut untuk dirayakan.
Senyum Jurgen Klopp saat mengalungkan medali juara Liga Inggris. (Foto: Getty Images)
Kendati demikian, Klopp meminta para pendukung Liverpool merayakannya dengan aman alias di rumah saja. Patuhi protokol kesehatan yang ada dan hindari keramaian sebisa mungkin. Klopp tak mau ada perayaan di luar Stadion Anfield dan di tempat-tempat lainnya selain di rumah masing-masing.
Klopp meminta hal itu karena ia sadar Liverpool memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan para pendukung timnya akan bahaya wabah virus corona. Seperti yang diketahui, meski memang sepak bola telah kembali dan new normal telah diberlakukan, tetapi ancaman virus COVID-19 itu tetaplah masih ada. Klopp tak mau para penggemar Liverpool sampai harus mengambil risiko hanya demi merayakan gelar juara Liga Inggris yang didapatkan The Reds di musim ini. Klopp meminta para pendukung Liverpool memahami perkataannya dan tetap merayakan gelar juara Liga Inggris itu seaman mungkin.
Ketegaran dan kesabaran The Reds bersama pendukungnya pun bisa dijadikan sebuah inspirasi. Kegagalan demi kegagalan dijadikan cambuk oleh mereka. Klopp dan Liverpool mengajak kita untuk tidak pernah menyerah dalam kondisi sesulit apa pun. Liverpool juga membuktikan bahwa mereka merupakan klub yang sungguh-sungguh besar karena bisa kembali menjadi pemenang sesudah terpuruk.
Selamat untuk Liverpool, sang juara Premier League musim 2019/2020. Bagi para pendukung Liverpool, tegakkan kepala dan nikmatilah pesta-pesta kalian di rumah saja. Janganlah lupa pandemi COVID-19 masih ada dan masih terus merebak. Seperti yang para pemain Liverpool himbau bahwa akan ada saatnya merayakan momen ini bersama-sama.
Untuk saat ini, cukup beri tahu seluruh dunia bahwa Liverpool adalah juaranya Liga Inggris sesuai dengan campaign kemenangan The Reds, “Tell the world. We are Liverpool. Champions of England”.
Sumber: Berbagai sumber
Reporter: Kevino Dwi Velrahga
Editor: Safitri Amaliati
2,498 total views, 6 views today