Sumber: Variety.com

Media Publica – Kehadiran aplikasi nonton berbayar sekelas Netflix tentunya menjadi inovasi bahkan digadangkan dapat menggeser minat orang-orang, termasuk anak muda dalam segmentasinya untuk berpindah haluan menghabiskan waktu menonton film dan serial tv ketimbang di layar kaca.

Tentunya, kejayaan ini dapat mengingatkan MPers dengan layanan tv kabel yang mulai tergerus zaman karena masalah efisiensi dan konten yang stagnan. Sehingga layanan streaming pun dapat dikatakan menempati masa jayanya terhitung sejak tahun 2016 akhir, seperti yang dilansir oleh BBC Indonesia.

Berbicara soal aplikasi streaming, rasanya kurang jika tidak membahas konten yang diproduksi hingga perjalanan panjang yang mengilhami para sineas untuk menggarap film dan drama serial dengan kualitas jempolan.

Salah satunya dengan kehadiran film interaktif pada awal Januari lalu yang berhasil menghebohkan jagat maya karena menawarkan cerita interaktif. Film berjudul Bandersnatch itu melibatkan penonton dalam merangkai jalan ceritanya sendiri dengan opsi pilihan yang telah tersedia. Sehingga, penonton tidak hanya sebatas duduk manis menonton seperti pada umumnya.

Lantas, benarkah Netflix menjadi pelopor film interaktif dalam dunia industri hiburan?

Late Shift film ber-genre kriminal sebagai film interaktif pertama di dunia

Sebagian besar orang belum familier dengan film Late Shift ini. Padahal, perilisannya pada tahun 2016 lalu mencatatkan sejarah bahwa film besutan Tobias Weber itu merupakan film interaktif pertama yang pernah dinikmati orang-orang, seperti yang dilansir dalam IMDB.

Dalam narasinya itu, Late Shift secara terang-terangan memungkinkan penonton untuk memilih lebih dari 180 titik keputusan, memiliki tujuh ending berbeda hanya dalam satu cerita. Tentu film ini sangat erat kaitannya dengan video game, akan tetapi Late Shift tetap masuk dalam kategori film.

Uniknya lagi, pasca perilisan dari Late Shift, film ini juga pernah ditayangkan secara serempak namun tidak dalam skala besar di bioskop Switzerland. Hingga saat ini, Late Shift dapat dinikmati melalui ponsel berbasis apple dan belum kompatibel untuk layanan android.

Walaupun demikian, Late Shift memang layak disebut sebagai pelopor film interaktif kemudian disusul oleh Bandersnatch. Akan tetapi, film rasa video game nampaknya belum memikat hati penonton sepenuhnya.

Late Shift memang berhasil meraup angka 7,3 dalam situs IMDB, akan tetapi film yang ditulis oleh Michael Robert Johnson di mana ia juga terlibat sebagai penulis naskah film Sherlock Holmes (2009). Nyatanya masih terlalu prematur dan berbelit dari aspek penceritaan menurut kritikus film dari CBC News.

Kritikus itu menambahkan bahwa Late Shift seharusnya masuk dalam kategori video game terlepas dari teknis film yang telah diterapkan di dalamnya. Namun, masih banyak kekosongan yang tidak dapat ditambal dengan baik. Sehingga film Late Shift dinilai tidak adil bagi sebagian penonton karena adanya keterbatasan dalam memilih keputusan.

Hal ini yang akhirnya memungkinkan Netflix menjadikan referensi untuk menggarap Bandersnatch dengan metode teknologi interaktif lebih baik. Terbukti, dari awal penayangannya Bandersnatch berhasil meraup 87.000 lebih penonton dalam minggu awal perilisan menurut situs Screen Rant. Ini belum termasuk penjualan secara worldwide yang bisa saja ditaksir hingga ratusan ribu.

Menjadi pelopor memang bukanlah tugas mudah, akan tetapi kelahiran Late Shift dalam menerapkan teknologi film interaktif dapat membuka jendela baru bagi para penikmat layar lebar maupun layar kaca, untuk merasakan pengalaman berbeda ketika menonton.

Sehingga, kehadiran Bandersnatch dapat dikatakan sebagai surat cinta bagi Late Shift dalam menerapkan inovasi tersebut. Bahkan, pada awal Maret lalu Netflix kembali merilis serial tv interaktif lainnya berjudul You vs. Wild. Walaupun gaungnya tidak sebesar Bandersnatch, hal ini dapat diperhitungkan sebagai awal mula kejayaan teknologi interaktif dalam dunia film.

Teknologi interaktif berawal dari video game dan buku anak-anak tahun 70-an

Terlibat dalam suatu petualangan baik di dalam video game, kisah dalam buku, dan film. Tentunya menjadi tawaran yang menggiurkan bagi sebagian besar orang-orang termasuk MPers, yang memang tertarik untuk merasakan pengalaman serta kesan berbeda ketika menikmati produk industri hiburan.

Asal-usul dari penerapan interaktif dalam industri hiburan sendiri berawal dari buku anak-anak pada tahun 70-an karya R.A. Montgomery. Di mana, penulis berkebangsaan Amerika Serikat itu membuat sebuah mahakarya berjudul Choose Your Own Adventure, dengan banyak variasi cerita dan keputusan.

Sumber: Medium.com

Tentu bagi anak-anak pada era 70-an hingga 80-an, kisah interaktif yang ditawarkan dalam sebuah buku dan memungkinkan mereka untuk menentukan keputusan sendiri merupakan pengalaman yang luar biasa. Mengingat pada masa itu teknologi belum mutakhir seperti saat ini. Kehadiran Choose Your Own Adventure merupakan langkah awal dalam menggagas teknologi interaktif yang kemudian diadopsi dalam video game serta dunia perfilman.

R.A. Montgomery sendiri telah menggarap 230 judul buku anak-anak yang mana sudah diterjemahkan dalam 40 bahasa dan total rekor penjualan 250 juta kopi seluruh dunia. Melihat dari data tersebut, tentunya adil jika Choose Your Own Adventure merupakan buku interaktif pertama yang secara tidak langsung menginspirasi video game ataupun film untuk melibatkan orang lain dalam merangkai narasinya sendiri.

Sejak awal kemunculan video game pada tahun 1958 dengan tema ping-pong atau table tennis karya seorang fisikawan, Willy Higinbotham, memang telah menawarkan teknologi interaktif. Akan tetapi, jalan cerita seratus persen masih di bawah kendali para pengembang video game.

Tren dari video game yang secara narasi interaktif mulai meledak pada dekade 2010-an. Di mana perkembangannya sudah terbilang masif dan diminati oleh pasarnya. Sebut saja seperti The Walking Dead yang diakuisisi oleh Skybound pada tahun 2018 lalu berhasil mencatatkan rekor sebagai video game interaktif terbaik sepanjang masa versi Steam.

Ditambah video game berjudul Journey pada tahun 2012 yang berhasil masuk dalam kategori game interaktif dengan soundtrack terbaik di Grammy Awards yang secara harfiah merupakan sebuah ajang penghargaan untuk musik komersil.

Ditambah pada awal tahun 2017 mulai maraknya teknologi 360 degree views yang interaktif. Memungkinkan para pengguna youtube dapat menggerakan ponselnya dari segala arah dengan tema yang beragam seperti suasana penembakan mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, suasana perang di film Dunkirk hingga merasakan secara dekat konser musik Lady Gaga.

Tentu, kehadiran teknologi yang mumpuni seperti ini dapat mengarahkan manusia dalam gerbong baru untuk memberikan inovasi luar biasa di bidang teknologi. Kehadiran Bandersnatch sebagai film interaktif yang fenomenal pada awal tahun lalu dapat menjadi pemicu teknologi baru dalam industri hiburan di masa depan.

Reporter: Rangga Dipa Yakti

Editor: Safitri Amaliati

 6,443 total views,  12 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.