Judul : THE SUBTLE ART OF NOT GIVING A F*CK.
Penulis : Mark Manson.
Penerbit : Harper.
Tebal Buku : 224 halaman.

Media Publica – The Subtle Art Of Not Giving A F*ck adalah jenis buku pengembangan diri (self improvement) terlaris versi New York Times dan Globe and Mail, yang ditulis oleh Mark Manson penulis dan blogger terkenal asal Amerika. Buku ini berisi tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap “bodo amat” terhadap urusan yang tidak terlalu penting. Mark dengan pintar menyajikan tulisannya melalui gaya bahasa yang tidak biasa atau  menyebalkan, kasar, dan menyakitkan sebagai trik untuk pembaca membaca sebuah nilai kehidupan.

Mark mengatakan agar setiap orang dapat menemukan apa hal yang penting bagi dirinya, dan meninggalkan sesuatu urusan yang tidak penting. “Media sosial, televisi, dan teknologi salah satu yang dapat menjadi acuan keprihatinan bagi dirimu, batasilah hal-hal itu,” tulis Mark dalam bukunya.

Buku ini mengajarkan pembaca untuk tidak peduli dengan perkataan orang lain, karena kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal. Lebih baik memedulikan hal yang sederhana saja, peduli tentang apa yang benar, mendesak dan penting.

Menurut Mark terdapat tiga seni untuk bersikap bodo amat :

  1. Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, bodo amat berarti nyaman saat menjadi berbeda. Intinya adalah bukan menghindari kesulitan melainkan menemukan hal sulit yang bisa anda hadapi dan nikmati.
  2. Untuk bisa mengatakan bodo amat pada kesulitan, kalian harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan yang ditemui. Temukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupanmu, seperti produktif memanfaatkan waktu dan tenaga. Karena jika kalian tidak menemukan sesuatu yang bermakna maka perhatian akan tercurah untuk hal-hal tanpa makna dan tidak penting.

3)  Entah anda sadari atau tidak, anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan

Selain itu, buku yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia bernama “Sebuah Seni untuk Berpikir Bodo Amat” mengajak pembaca melihat ke dalam diri masing-masing untuk introspeksi. Fokus pembahasan terdapat pada kelemahan individu, makna bahagia, prinsip hidup, bagaimana cara bangkit dari kegagalan. Tentang pentingnya menderita dan mengemban tanggung jawab, tentang berkata tidak, tentang lahir kembali setelah kehancuran.

Mark menambahkan, jika benar-benar ingin menjadi lebih baik dan bahagia maka berhenti selalu berpikir positif setiap saat. Terkadang sesuatu tidak berjalan dengan baik dan jangan membohongi diri sendiri untuk bersikap positif. “Dengan selalu berpikir pahit dan gagal manusia akan selalu berusaha untuk mencapai titik tertingginya dan mendapat hasil yang positif,” tulis Mark.

Kehidupan tidaklah lepas dari rangkaian sebuah masalah, solusi satu masalah hanya solusi dari masalah yang lainnya. “Hidup akan menyebalkan jika kita terus berusaha menjauh dari masalah,” tegas Mark dalam bukunya.

Peresensi : Rizka Kumala Dewi

 13,867 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.