Ilustrasi: www.news.com.au

Pernahkah anda merasa ada sesuatu yang ‘menggelitik’ hanya dengan menonton video atau mendengar rekaman suara seseorang sedang menggunting, berbisik atau bahkan memotong sesuatu? Jika iya, mungkin anda tengah merasakan sensasi Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR).

ASMR adalah istilah non ilmiah yang diperkenalkan oleh pakar siber dunia, Jeniffer Allen pada tahun 2010. ASMR sendiri merupakan sensasi menggelitik dan menenangkan yang dialami otak kemudian menjalar ke kulit, leher ataupun bagian tubuh lain sebagai respon dari ransangan suatu bunyian yang konstan dan berulang.

Seperti yang dikutip dari asmruniversity.com sebuah website penelitian tentang ASMR yang dikembangkan Dr. Richard sejak tahun 2014, sensasi ASMR dikategorikan menjadi dua yaitu sensasi fisologis (berupa rasa kesemutan, menggigil atau gelombang di kepala, leher, tulang belakang dan seluruh tubuh) dan sensasi psikologis (perasaan yang baik, kebahagiaan, kenyamanan, ketenangan, kedamaian, relaksasi, istirahat, atau kantuk).

Hingga kini, ASMR menjadi suatu tren yang tidak dapat ditampik, lebih dari 11.900.000 video ASMR diunggah ke Youtube. Hal ini menunjukkan bahwa ASMR kini menjadi fenomena unik yang memiliki banyak penikmat di dunia maya. Lantas, apa yang membuat ASMR begitu digemari?

Pada 2015, dua peneliti asal Inggris dari Departemen Psikologi Universitas Swansea, Emma Barratt dan Nick Davis menerbitkan makalah yang berjudul  “Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR): a flow-like mental state”. Dalam penelitian tersebut Emma dan Nick melakukan survei online dengan 475 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia 18-54 tahun (usia rata-rata adalah 25 tahun) di seluruh dunia.

Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil 98% orang menonton video ASMR untuk bersantai, 82% untuk membantu tidur, 70% untuk mengatasi stres, dan 5% untuk rangsangan seksual. Dengan demikian, Emma dan Nick menyimpulkan mayoritas respondennya merasa lebih baik dan tenang setelah menonton video ASMR.

Selain itu, ASMR juga di klaim bisa menyembuhkan depresi. Dr. Richard melakukan wawancara dengan Rhys Baker—satu dari jutaan orang yang diduga sembuh dari depresi dengan ASMR. Rhys mengaku ASMR menjadi metode terapi terbaik dibanding metode lain, “Saya menyadari bahwa kesemutan otak membuat saya merasa tenang dan puas. Saya kemudian mulai menggunakannya ketika saya merasa buruk atau untuk tidur. ” Ungkap Rhys.

Efek yang ditimbulkan dari menonton video atau rekaman suara ASMR tidak sama untuk semua pendengarnya, karena bisa jadi bersifat amat personal. Bagi sebagian orang, suara tersebut merupakan pengalaman fisiologis maupun mental yang dapat memicu memori dan pengetahuan kognitif.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, sudah mampukah mengategorikan ASMR menjadi istilah medis?

Tampaknya masih perlu ada kajian lanjut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun, seperti yang di lansir CBC Kanada, pada tahun 2016 lalu peneliti dari Universitas Winnipeg, Stephen Smith dan timnya membandingkan scan otak Magnetic Resonance Imaging (MRI) fungsional dari orang-orang yang mengatakan bahwa mereka mengalami ASMR dan orang-orang yang tidak. Ia mencatat perbedaan dalam bagaimana otak berfungsi.

“Di sebagian besar kontrol yang sehat, jaringan yang berbeda (otak) lebih berbeda. Tetapi pada orang dengan ASMR, jaringan lebih bercampur,” kata Smith.

ASMR memang menjadi fenomena unik yang menarik perhatian. Namun, sayangnya masih banyak yang harus dipelajari tentang fisiologi ASMR dan efektivitas sejati ASMR untuk gangguan medis.

 

Sumber: www.asmruniversity.comwww.cbc.ca

Reporter: Elvina Tri Audya

Editor: Gieska Cyrilla Calista

 8,408 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.