sumber: kompasiana.com

Yogyakarta, Media Publica – Pendidikan menjadi faktor utama dalam menentukan kemajuan sebuah bangsa. Hal inilah yang melatarbelakangi Butet Manurung untuk mendirikan yayasan pendidikan alternatif yang dapat menjangkau komunitas-komunitas di Indonesia yang tidak terjamah oleh pendidikan formal. Yayasan ini dinamakan ‘Sokola’. Dalam bahasa Rimba, Sokola berarti sekolah atau belajar. Kini Sokola telah tersebar mulai dari pelosok Jambi hingga ke tanah Papua.

“Sokola Rimba adalah sekolah yang dilakukan di rimba. Sokola Rimba itu programnya, tapi biasanya kalau ada di tempat lain, namanya lain lagi. Kita punya Sokola Pulau, Sokola Asmat, Sokola Pesisir. Karena awalnya di rimba jadi seolah yang dikenal ya Sokola Rimba,” ujar Butet.

Sejak didirikannya pada tahun 2003, Sokola Rimba yang dibangun bukanlah sekolah formal seperti layaknya sekolah yang berbentuk bangunan dengan tembok dan beratap. Sokola Rimba tidak berdinding dan sifatnya nomaden atau berpindah-pindah. Dalam pola pengajarannya, Butet tidak hanya sekedar mengajarkan pendidikan dasar, baca, tulis dan hitung. Butet juga menjelaskan bahwa pendidikan dapat melindungi mereka dari ketertindasan dunia luar.

“Sokola Rimba didirikan pada awalnya untuk membantu masyarakat yang masih tradisional hidup di rimba untuk menghadapi gangguan dari luar. Jadi, ilmu-ilmu yang diajarkan adalah ilmu tambahan yang bisa membantu mereka mengadvokasi diri. Tapi kita juga memperkuat ilmu di dalam mereka. Ketua-ketua adatnya juga menjadi guru,” jelas Butet.

Seperti yang dikutip laman British Broadcasting Corporation (BBC) News Indonesia, berkat kerja kerasnya pada tahun 2014 Butet meraih penghargaan dari Magsaysay Foundation di Manila, yaitu Ramon Magsaysay Award. Di tahun 2007, Butet menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku ‘Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba’. Sementara itu, di tahun 2013 Sokola Rimba diangkat menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Riri Riza dari ‘Miles Production’.

Butet meyakini Suku Anak Dalam bahwa pendidikan dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Menurutnya, pendidikan harus bersifat kontekstual dengan permasalahan dan potensi yang ada di masyarakat tersebut.

Butet berpesan agar setiap anak Indonesia bisa menjadi dirinya sendiri. “Saya tidak suka kalau ada orang yang mengidolakan profesi tertentu dan mengejek profesi yang lain. Semua profesi itu baik asalkan dia bermanfaat bagi orang lain,” tutupnya.

Reporter: Danila Stephanie & Ranita Sari

Editor: Elvina Tri Audya

 7,687 total views,  6 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.