Foto: Media Publica/Aji
Foto: Media Publica/Aji

oleh: Jurnal Indonesia Simbolon*

Hari Bumi merupakan kampanye untuk mengajak orang peduli terhadap lingkungan hidup. Gerakan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. HariBumi telah menjadi sebuah gerakan global yang mendunia hingga kini.

Mahatma Ghandi berkata “Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia, tetapi tidak keserakahan setiap orang.” Bumi sebagai ‘ibu’ telah memberikan segalanya untuk manusia. Tanah kita berpijak, udara yang kitahirup, hingga sayuran yang kita santap setiap hari. Sudah saatnya manusia berterima kasih dan berharmoni dengannya.

Peringatan hari Bumi digagas oleh Gaylord Nelson sejak tahun 1969. Pada awalnya, beliau memandang pentingnya isu – isu akan lingkungan hidup masuk ke dalam kurikulum perguruan tinggi.

Dukungan Nelson mencapai puncaknya pada tanggal 22 April 1970. Saat itu sejarah mencatat jutaan orang turun kejalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York untuk mengecam para perusak bumi. Majalah TIME memperkirakan bahwa sekitar 20 juta manusia turun kejalan pada hari tersebut.

Cukup disayangkan, nampaknya kampanye Nelson akan hari Bumi harus terus berlanjut. Karena upaya Nelson mengingatkan manusia akan pentingnya menjaga kelestarian hidup tidak berpengaruh, bahkan sampai sekarang. Friedrich Nietzche pernah menyatakan “Bumi memiliki kulit dan kulitnya berpenyakit. Salah satu penyakit kulit itu adalah manusia.”

Ribuan pohon ditebang demi membuka lahan industri, Bumi dipaku dengan beton besar untuk membangun jalan layang dan perumahan, tanah dikeruk hingga dasar demi kebutuhan perhiasan kaum Hawa serta bermacam problematika masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Miris.

Sekarang saatnya mengubah pandangan, bumi kita bukanlah sumberdaya yang senantiasa dikeruk dengan serakah, melainkan sebagai sahabat seperti yang dilakukan nenek moyang jauh sebelum generasi kita.

22 April 2017adalah momentum. Pemerintah, masyarakat serta mahasiswa seluruh dunia dan siapa pun yang tinggal di planet ini, siapa pun yang masih ingin menyaksikan masa depan yang lebih baik, bisa duduk bersama. Mencari solusi untuk bumi. Percayalah, kita jauh lebih membutuhkan bumi dari pada kebutuhan bumi terhadap kita.

 

*Penulis merupakan anggota Media Publica

 3,684 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.