Ilustrasi : www.gudangkesehatan.com
Ilustrasi : www.gudangkesehatan.com

Jakarta, Media Publica – Rokok Elektrik atau yang lebih dikenal dengan sebutan Vape belakangan ini semakin santer terdengar dikalangan masyarakat, khususnya bagi para perokok. Vape dianggap sebagai alternatif bagi orang-orang yang ingin berhenti merokok tembakau. Namun, banyak asumsi yang mengatakan vape lebih berbahaya dari rokok tembakau. Benarkah demikian? Marilah kita simak beberapa fakta mengejutkan berikut ini.

Vape pertama kali diperkenalkan oleh Herbert A. Gilbert pada tahun 1963 namun tidak diperjual belikan. Pada tahun 2003, seorang ahli farmasi dari Cina bernama Hon Lik kembali memperkenalkan vape sebagai salah satu cara agar orang-orang berhenti merokok. Beberapa orang percaya vape merupakan cara jitu untuk berhenti merokok tanpa harus ‘menyiksa’. Namun beberapa studi mengatakan vape  juga memiliki beberapa kandungan berbahaya bagi tubuh.

Seperti yang dilansir CNN Indonesia, beberapa hasil studi penelitian terhadap vape :

1. Vape tetap memiliki kadar nikotin walaupun tidak sebesar rokok tembakau. Sehingga tetap memiliki potensi keracunan jika dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu.

2. Mengandung zat berbahaya seperti Tobacco Specific Nitrosamines (TSNA), Diethylene Glycol (DEG) dan karbon monoksida.

3. Meningkatkan kadar plasma nikotin secara signifikan dalam 5 menit penggunaannya selain itu juga meningkatkan kadar plasma karbon monoksida dan frekuensi nadi secara signifikan yang dapat mengganggu kesehatan.

4. Memilliki efek akut pada paru seperti pada rokok tembakau yaitu kadar nitrit oksida udara ekshalasi menurun secara signifikan dan tahanan jalan napas meningkat signifikan.

5. Uap yang ditimbulkan dapat menyebabkan serangan asma, sesak napas dan batuk. Untuk penderita pneumonia, gagal jantung, disorientasi, kejang, hipotensi, sampai luka bakar akibat meledaknya vape dalam mulut.

Hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut yang mengungkapkan jauh lebih bahaya rokok tembakau atau vape. Namun dari data-data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa vape belum terbukti sebagai alternatif yang aman untuk terapi pengganti rokok dan masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak kesehatan dari vape pada penggunaan jangka panjang. Selain itu Food and Drug Association (FDA), bahkan Electronic Cigarette Association (ECA) sudah tidak menganjurkan lagi penggunaan vaping.

Jadi, buat kalian yang berfikir untuk mencari alternatif untuk berhenti merokok dengan menggunakan vape. Sebaiknya bisa lebih bijaksana, karena vape pun memiliki dampak yang buruk guys! Ayo kita hidup sehat sekarang juga. Don’t smoke, be healthy!

Reporter : Jurnal Indonesia Simbolon

Editor : Elvina Tri Audya

 3,311 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.