Suasana peluncuran buku Fenomenologi Wanita Ber-High Heels pada Rabu (09/09) lalu di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta. (Foto: Anisa)
Suasana peluncuran buku Fenomenologi Wanita Ber-High Heels pada Rabu (09/09) lalu di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta. (Foto: Anisa)

Jakarta, Media Publica – Sepatu berhak tinggi atau yang sering disebut high heels adalah benda yang dianggap penting bagi banyak wanita. Sepasang sepatu dengan bagian tumit yang tinggi ini dapat meningkatkan kepercayaan diri seorang perempuan hanya dengan mengenakannya. Tanpa disadari, dengan banyaknya pilihan model dan gaya pada sepatu high heels dapat mencerminkan karakter pemakainya. Seperti wedges yang lebih nyaman untuk dipakai hingga stiletto nan tinggi yang seksi. Itulah yang dirasakan Ika Noorharini, penulis buku Fenomenologi Wanita Ber-High Heels.

Buku yang diluncurkan pada Rabu (09/09) lalu yang bertempat di Kinokuniya Plaza Senayan ini menceritakan hubungan wanita dengan sepatu high heels yang merupakan pengembangan dari penelitian dan karya ilmiah penulis. Berawal dari pengalaman semasa sekolah penulis yang sering dipanggil Non ini, terhadap seorang guru ‘killer’ yang langkah sepatunya sudah terdengar sebelum memasuki kelas membawanya tertarik kepada sepatu berhak tinggi ini.

“Habis itu sejak kuliah baru ngerasain pake high heels aku ngerasa seperti ini berada diatas sebuah sepatu yang membuat aku takut,” ujar wanita lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) yang juga mendapat gelar Master of Communication Science dari Universitas Mercu Buana dengan karya ilmiah yang menjadi konstruksi buku ini.

Begitu banyak wanita yang rela merasa sakit saat memakai high heels demi penampilan. Menurut buku ini, rasa sakit atau tidak nyaman bukanlah sesuatu yang besar jika dibandingkan perasaan dan state of mind yang didapatkan ketika memakai high heels. Rasa sakitpun hilang dengan timbulnya perasaan lebih cantik. Kondisi tersebut dibantu oleh perasaan atau pandangan positif terhadap penampilan seperti dengan lebih tinggi merasa lebih proposional, cantik, seksi, atau lebih wanita. Namun menurut Ika, apapun atribut yang dipakai baik itu high heels ataupun atribut lainnya yang terpenting adalah kontrol diri.

“Bahwa ketika kita mau membentuk sebuah konsep diri kita menjadi sebuah identitas kita harus bisa mengontrol diri kita seperti bagaimana sebuah benda itu mengontrol kita atau kebalikannya sehingga menjadi karakter kita,” tutupnya.

 

Reporter: Anisa Widiasari

Editor: Dwi Retnaningtyas

 

 2,642 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.