Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) berpandangan serangga bisa menjadi solusi bagi ketersediaan bahan pangan di masa mendatang (Sumber : Unic-Jakarta.org)
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) berpandangan serangga bisa menjadi solusi bagi ketersediaan bahan pangan di masa mendatang (Sumber : Unic-Jakarta.org)
Jakarta, Media Publica – Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia, banyak yang berpandangan serangga bisa menjadi solusi bagi ketersediaan bahan pangan di masa mendatang. Pernyataan ini disampaikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dalam situsnya. Menurut laporan FAO, dengan memakan beberapa jenis serangga kita dapat membantu melawan pemanasan global, polusi, dan kelaparan.

Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang di dunia rutin mengonsumsi serangga sebagai salah satu sumber pangan. Dari 1 juta spesies serangga yang dikenal, hampir 1900 diantaranya dapat dikonsumsi oleh manusia. Beberapa serangga yang paling banyak dikonsumsi yaitu kumbang, ulat, lebah, tawon, semut, belalang, belalang hama dan jangkrik. Saat ini banyak ilmuwan percaya bahwa serangga ada sebagai langkah besar untuk penyediaan pangan dunia.

Serangga juga merupakan sumber pangan paling baik untuk mengatasi kelaparan yang terjadi pada miliaran orang di India, Afrika, dan beberapa negara berkembang lainnya. Keberadaan serangga dinilai bisa menggantikan fungsi kedelai, jagung, kacang-kacangan, dan ikan. Cepatnya reproduksi serangga juga diperkirakan tidak merugikan lingkungan.

Pada perhelatan konferensi FAO mengenai Hutan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi, yang berlangsung bulan Mei 2013 lalu di Roma dikatakan kini membangun usaha peternakan serangga untuk konsumsi manusia dan hewan sangat relevan pada saat pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan meningkatnya kelas menengah. Hal tersebut meningkatkan permintaan terhadap makanan sekaligus merugikan lingkungan yang menghasilkan produksi.

Kandungan protein tinggi

Seperti ditulis CNN, ekor kalajengking goreng misalnya, merupakan bagian paling bergizi. Fungsinya sebagai obat anti inflamasi dan meningkatkan sirkulasi darah. Nilai gizi serangga lebih tinggi dibandingkan daging dan ikan sebagai sumber protein. Serangga juga kaya akan serat mikro seperti tembaga, besi, magnesium, fosfor, selenium, dan zinc.

Tapi pakar kesehatan ekosistem dari salah satu Universitas di Australia, Prof. Phil Weinstein mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk menjadikannya kenyataan.

“Pertama, kita perlu menyempurnakan cara menternakkan serangga. Karena kalau akan digunakan secara berkelanjutan, kita perlu mensterilkannya dan tidak mengganggu keseimbangan biodiversitas dengan mengumpulkannya,” ujar Phil.

Dalam situsnya juga , FAO menambahkan serangga bukanlah pangan yang hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin. Sebagian masyarakat mengonsumsi serangga karena rasanya, bukan disebabkan ketiadaan bahan pangan lain.

Sumber : DetikFood dan Kompas
Editor : Putri Yanuarti

 2,518 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.