Logo Konflik
Logo Konflik

Jakarta, Media Publica – Seiring dengan perkembangan film indie yang semakin meluas, semakin pula membuat pencintanya mendirikan komunitas film indie. Tak terkecuali di instansi pendidikan seperti dikampus, salah satunya adalah komunitas film indie kampus (Konflik) di Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama)

Alasan mengapa akhirnya memilih film untuk difokuskan dalam komunitasnya ini, Yuda Handi Sumateja salah satu pendiri dari konflik ini mengatakan bahwa mahasiswa harus berani melepas mainstream, “menjadikan non indie sebagai referensi sih oke, tapi ngejalaninnya harus indie, Independent! Independent dari segi ide, budget, sampai kratif ngakalin alat, “lanjutnya.

Dengan melihat banyaknya masalah yang muncul pada kalangan anak muda ketika ingin membuat film, yang biasanya berkutat dengan harus maksimalnya alat serta dana yang dimiliki, membuat mahasiswa yang mengambil konsentrasi periklanan ini ingin menanamkan semangat indie dalam konflik, agar berani untuk kreatif dalam segala keterbatasan

Sebelum memilih konflik sebagai nama, yuda sempat terfikirkan untuk membuat komunitas bernama Cinemoest dikampus, namun urung dilakukan hingga akhirnya memilih nama konflik yang juga melibatkan Arys Gunawan Pratama salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B) sebagai nama pencipta dari nama konflik tersebut.

Mengenai latar belakang terbentuknya konflik, Yuda menceritakan diawali karena keinginanya untuk masuk cinematografi tidak disetujui oleh orang tua. Sampai pada akhirnya ia masuk ke UPDM(B) dan mengikuti WKM (Wadah Kegiatan Mahasiswa) Media Publica. Karena kesukaannya terhadap musik dan film, ia diberikan sebuah tanggung jawab untuk mempersiapkan sesuatu untuk orientasi 2008. Pilihannya jatuh kepada film

Setelah itu, ia mendapat pelajaran lebih tentang film. Dengan bekal yang sudah ia dapat, akhirnya terciptalah film ‘Garis Mati’. Dari situlah keinginanya untuk membuat komunitas film muncul. Hingga berlanjut membuat sebuah karya kembali yang berjudul ‘sajak nyawa kanvas’ di tahun 2012. Tak disangka sajak nyawa kanvas masuk dalam 17 besar film terbaik dan mendapatkan penghargaan poster film terbaik di festival film pendek jabodetabeka di Bulungan. Karena penghargaan yang ia terima itulah semakin memacu dirinya untuk membuat komunitas film.

Meskipun konflik tidak mempunyai tanggal resmi untuk terbentuknya,serta buka berbentuk lembaga, tetapi konflik telah memiliki rencana terkait dengan kegiatan konflik, yaitu dengan membuat workshop sekaligus gathering untuk teman-teman yang ingin mengikuti konflik ini. Kemudian membuat pameran dan melahirkan konflik, yang kesemuanya direncanakan akan diadakan di akhir tahun ini.

Rarasati Anindita, juga merupakan salah satu penggagas konflik. Mahasiswa angkatan 2012 ini berpesan kepada teman-teman mahasiswa jika jangan takut salah dalam menunjukan kreatifitas. “Karena waktu lulus nanti gak Cuma IP yang dilihat tapi juga portofolio, terus serta beridealisme dalam karya, “Tambah Yuda.

Reporter : Dianty Utari Syam

Editor : Rizky Damayanti

 3,148 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.