Oleh  Danny Kosasih*

sumber : telegraph.co.uk
sumber : telegraph.co.uk

Siapa yang tidak tahu dengan jejaring sosial berupa mikroblog bernama Twitter. Situs yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc. ini, memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan atau terkenal dengan sebutan tweets.

Tweets sendiri adalah kicauan para pengguna yang disajikan dalam bentuk teks tulisan berjumlah 140 karakter, yang ditampilkan pada halaman profil pengguna dan dapat dilihat oleh pengguna lain yang dikenal dengan sebutan follower.

Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter telah mendapatkan popularitasnya sendiri di beberapa Negara dan saat ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna di seluruh dunia.

Semua pengguna dapat mengirim dan menerima kicauan melalui situs Twitter, aplikasi eksternal yang kompatibel (telepon seluler), atau dengan pesan singkat seperti Short Messages Service (SMS) yang tersedia di negara-negara tertentu.

Sebagai catatan, Brand24.co.id, sebuah situs yang memfasilitasi pemantauan internet dan sosial media baru-baru ini merilis sebuah berita statistik infografi tentang jejaring sosial sebagai referensi untuk pemasaran media sosial online.

Dalam statistiknya, Indonesia menempati peringkat kelima pengguna Twitter terbanyak setelah Amerika, Brazil dan Inggris dengan jumlah statistik pengguna Twitter di Indonesia sebanyak 29 Juta orang. Hebatnya, Jakarta juga memiliki persentase tweet yang luar biasa sebesar 2,4% dari total 10,5 Miliar tweet secara global.

Dengan jumlah pengguna sebanyak itu, maka tidak heran jika Twitter banyak digunakan sebagai sarana promosi bagi industri dan tempat masyarakat mendapatkan informasi yang selama ini hanya mereka peroleh dari media massa.

Twitter dan Pengaruhnya Pada Media Massa

Tidak bisa dipungkiri bahwa, perkembangan teknologi komunikasi dan media massa selama ini selalu berjalan seiringan dengan semakin pesatnya kebutuhan masyarakat akan informasi.

Sejak Presiden Indonesia ke-2, Soeharto lengser dari jabatannya, reformasi pada akses memberikan dan menerima informasi pada masyarakat pun berkembang dengan pesat, kebebasan pers dan kebebasan masyarakat dalam berekspresi untuk menyampaikan pendapat pun terus mengalami kemajuan.

Kebebasan berekspresi tersebut pun akhirnya berkembang hingga ke dunia maya. Hal ini terlihat dari begitu banyaknya media massa online yang bermunculan. Banyak pihak yang menyebutnya sebagai New Media atau Media Baru.

Contohlah seperti situs berita online Pesatnews.com, Penaone.com, Indonesiarayanews.com atau Aktual.co yang telah membanjiri layar-layar monitor masyarakat dengan sajian beritanya. Situs-situs berita online diatas hanya empat dari sekian banyaknya media massa online yang telah dan masih akan terus tumbuh.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seluruh media massa online tersebut bisa dikenal oleh penduduk dunia maya, jika mereka tidak pernah mendengar namanya atau membaca portal berita mereka?

Dari pertanyaan inilah Twitter muncul dengan segala keperkasaannya.

Masih ingat dengan model komunikasi Who Says What in which channel to Whom whit what effect? Teori yang dikenal sebagai model Lasswell ini pernah sukses digunakan oleh Presiden Amerika Serikat ke-35, Jhon F kennedy yang menggunakan media massa televisi sebagai alat untuk kampanye agar mendapat kesan yang baik oleh rakyat Amerika. Terbukti ia mendapat dukungan mayoritas dan terpilih sebagai presiden Amerika ke-35.

Mungkin saat itu Kennedy mampu memanfaatkan televisi dengan model Laswell sebagai formulanya. Namun, pada abad ke-21 seperti sekarang ini, keberadaan jejaring sosial dalam hal ini adalah Twitter mampu  menjadi pilihan bagi masyarakat dunia maya, jika melihat jumlah pengguna yang begitu besar seperti dilansir oleh Brand24.co.id belum lama ini.

Kita bisa lihat dari sebuah nama portal berita, Pedomannews.com yang mampu menggunakan model Lasswell sebagai formulanya. Dengan melihat siapa yang berbicara dan apa yang dibicarakannya, masyarakat mampu membuat Fadjroel Rahman mendapatkan pembaca dari media yang dia dirikan melalui jejaring sosial ini.

Kini banyak media massa baik online maupun mainstream, dalam hal ini adalah surat kabar, radio dan televisi menggunakan Twitter sebagai channel untuk menarik jumlah pembaca, pendengar maupun penontonnya.

Bahkan bagi grup media massa besar seperti Kompas dan Media Nusantara Citra atau biasa disingkat dengan MNC pun seperti tidak puas dengan mengakuisisi beberapa media menjadi satu grup raksasa. Kini mereka pun tidak mau kalah dengan tetap berusaha menguasai informasi melalui dunia maya.

Sarana Pemberi dan Penyampai Informasi

Satu hal yang perlu disampaikan sebagai informasi adalah, Twitter bukan merupakan contoh dari konvergensi media yang ada atau sedang terjadi saat ini.

Disini penulis hanya ingin menyampaikan bahwa, Twitter telah menjadi satu alat perpanjangan masyarakat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara mudah melalui sarana jejaring sosial. Karena Keberadaan Twitter sebagai jejaring sosial dapat dikatakan sebagai salah satu sarana nyata bagi masyarakat untuk berinteraksi bahkan, bukan hanya pada media massa namun juga pada institusi-intitusi negara.

NTMC Polri, KPK RI bahkan orang nomor satu di Indonesia, Presiden Republik Indonesia pun menjadi contoh yang memanfaatkan keberadaan media jejaring sosial sebagai alat untuk memberikan informasi kepada masyarakat.

Melalui Twitter, masyarakat bisa dengan mudah menyampaikan atau memberikan pandangannya terhadap apa yang dikemukakan oleh siapapun baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Namun, semakin berkembangnya teknologi otomatis juga memberi dampak pada perubahan cara media menyampaikan informasi dan cara masyarakat dalam memilih informasinya.

Nurudin dalam bukunya “Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi” menjelaskan bahwa, telah terjadi perubahan dalam aktivitas berkomunikasi masyarakat modern dengan menggunakan media sosial yang berimplikasi pada gaya baru masyarakat modern.

Dalam penelitiannya yang tertuang pada buku ini, Nurudin menyimpulkan bahwa telah terjadi  revolusi dalam proses penyebaran pesan yang dilakukan melalui media sosial. Proses penyampaian pesan yang awalnya berjalan satu arah (one step flow) sebagaimana yang dilakukan oleh media mainstream kini berubah menjadi menjadi banyak arah (multi step flow ) jika dilakukan melalui media sosial.

Bahkan ia juga berani menyimpulkan, jika jumlah lalu lintas pesan yang beredar akibat media sosial meningkat sangat tajam menembus ruang serta waktu dan Twitter telah membuktikannya.

Twitter Sebagai Pembentuk Opini Publik

Dalam era ketika penyedia informasi tidak datang hanya dari para jurnalis namun juga dari masyarakat biasa di luar profesi sebagai pencari dan penyampai berita, masyarakat di paksa untuk lebih mempertimbangkan kebenaran informasi yang tersaji di jejaring sosial khususnya Twitter karena begitu mudahnya memperoleh informasi dari jejaring sosial ini.

Terkadang, saking banyaknya informasi yang kita terima, membuat sifat dasar para pengguna media sosial yang suka berbagi informasi (share information) kepada pengguna lainnya menjadi penyebab informasi tersebut cepat meluas. Padahal, sesungguhnya kita tidak cukup yakin apakah berita yang kita teruskan itu adalah berita yang akurat atau tidak. Bahkan kebanyakan kenyataannya kecepatan untuk melakukan verifikasi kalah cepat dengan tersebarnya informasi tersebut ke berbagai arah.

Para pengguna Twitter juga bisa mendapatkan informasi langsung dari sumber yang bersangkutan melalui kicauannya di luar berita-berita yang disajikan oleh beberapa portal berita.

Seperti informasi yang disajikan oleh KPK RI yang menjelaskan bahwa saat ini sedang diadakan pemeriksaan terhadap saksi atau tersangka kasus korupsi, sementara portal berita juga menayangkan berita yang sama.

Saat ini yang menjadi persoalan adalah data statistik yang luar biasa sebagai pengguna Twitter terbanyak kelima, bagaimana kita mampu memilah dengan bijak segala informasi yang kita terima, karena pada dasarnya selain dituntut untuk mengikuti perkembangan media, kita juga harus cerdas dalam memilih dan mengkonsumsi informasi darimanapun asalnya.

 

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dan anggota Media Publica Angkatan 2007.

 4,220 total views,  3 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.